Berat rasanya kaki ini ketika
kembali melangkah di desa kelahiranku. Bukan tanpa alasan hati ini menolak
untuk menyambut kerinduan setelah sekian lama tak menjumpai orang-orang
tersayang yang kutinggalkan. Hanya saja sejumput kenangan slalu membuatku resah,
menghela nafaspun begitu berat ketika tiap sudut dari tempat ini terisi
bayangan tentang sosok yang ingin aku hapus dari ingatan. Sesosok laki-laki
yang memberiku luka, luka terdalam …
Bayu.. mengapa kamu tega
melukaiku ?? Pertanyaan yang tak pernah tersampaikan. Pertanyaan yang tak
pernah menemui jawaban. Hanya penyesalan yang slalu menggerogoti pikiran dengan
memberi imajinasi licik seandainya saja kita tak pernah bertemu.. seandainya
saja kamu tetap jadi mimpi termanisku. Seandainya saja aku bisa menolak
scenario Tuhan..
“Alia, di makan cometnya ?”
perempuan itu menghamburkan lamunanku. Wajahnya yang keriput tidak mengurangi
indah senyumnya, senyum yang slalu membuatku ingin pulang.. “iya mak, ini juga
di makan!”, sahutku sambil mengambil cemilan dari singkong yang susah payah
dibuatkan khusus buat aku. “Neng, Jodoh itu Rahasia Allah. Cukup percaya saja
kalo Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk cucu nenek yang paling
cantik dan baik!”. Begitu hebat hatinya bisa membaca smua kegelisahanku tanpa
keluar sepatah katapun cerita dari bibirku. “ikhlaskan neng, biarkan bayu
bahagia dengan pandampingnya. Dan saatnya neng juga harus bisa meraih
kebahagiaan neng sendiri. Dimulai dari melupakannya!” sahutnya lagi sambil
mengelus rambutku yang terurai panjang. Aku merasa Tuhan adil, meskipun aku
tumbuh tanpa orang tua di sisiku karena perceraian, tapi aku memiliki kasih
sayang yang sama besarnya.
Bayu.. sosok laki-laki yang
selama ini mengisi diary ku semenjak sekolah. Laki-laki yang tak pernah
kusangka mengutarakan niat baiknya untuk menjadikan aku pendampingnya.
Laki-laki yang dengan mudah mengantongi restu kedua orangtuaku yang posesive
dan pemilih tetang calon suami untukku. Laki-laki yang memberiku sejuta impian.
Namun dia pulalah laki-laki yang mengajarkan aku tentang rasa pedih
kehilangan.. Betapa karenanya aku benci ketika orang berbicara tentang cinta,
aku tak percaya tentang kesucian komitmen pernikahan. Bagiku sekarang bayu tak
lebih hanya sosok yang paling kubenci, dan semakin membencinya aku memang
merasa semakin menderita. Terlebih ketika aku sadar dengan mudahnya dia
melupakanku dan bersanding dengan bidadari pilihan orang tuanya.
Sore itu kakekku pulang, di
bawanya banyak jagung dan sayuran dari ladang kecil kami. Satu-satunya yang
membuat dia merasa bahagia adalah tanaman-tanaman yang dia rawat, hasil panen
padi yang tidak seberapa, dan juga cucunya. “abah kangen, aila udah punya pacar
?” tanyanya dengan wajah polos “hush, ari si abah!” kata emak seraya mencubit
tangannya yang peot namun masih terlihat kuat. “ abah Cuma pengen aila nikah
abah masih sehat..” sahutnya lagi. Tak terasa air mata begitu cepat mengambil
langkah mendahului hatiku yang mengharu karena ucapan tulusnya. “maafin aila
abah, emak.. maaf!” hanya kata itu yang sanggup terucap dari bibirku .”kenapa
minta maaf atuh ? yah abah doain aila dapat jodoh yang sholeh, sayang sama
keluarga, jadi abah tenang!” makin sesenggukan aku jadinya mendengarkan setiap
keinginannya kakekku.”ih si abah mah, tuh kan aila nya jadi nangis, sini neng!”
nenek memelukku dengan hangatnya “ jangan sedih ya neng, emak sama abah slalu
doain stiap sholat. Insya allah nanti akan ada waktunya neng menikah, abah sama
ema juga pasti ikut hadir. Emak mau dandan yang cantik”. Aku mempererat
pelukannya. Tak ada satu katapun yang sanggup aku utarakan untuk menyambut
keinginan dan harapan manis mereka.
Senja pun tiba dan aku masih
termenung di teras rumah. Ya Allah betapa telah kusia-siakan waktu hanya dengan
meratapi luka ini. Betapa telah kuhamburkan harapan sederhana dari orang-orang
yang menghendaki kebahagiaanku. JIka saat ini adalah waktu yang Kau pilih untuk
mendidikku, tetapkan aku agar selalu belajar sabar dan ikhlas. Aku tidak mau
lagi muram, aku tidak mau lagi membiarkan kakek dan nenekku meratapi sedih
dengan kegalauanku. Aku harus bahagia dan mereka pun harus bahagia.
Dear Bayu…
Hari ini aku memaafkanmu, aku
rela melepaskan smua tentangmu. Aku berharap kamu bahagia. Terima kasih karena
telah hadir di hidupku, terima kasih karena telah membuka mataku, membuatku
tersadar aku memiliki harta kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun.
Untuk stiap kata yang hanya kusampaikan lewat angin..
selamat tinggal luka.. selamat
tinggal kenangan…
Senja ini akan menjadi senja
terakhir kesedihanku. Dan esok pagi aku akan memulai hari dengan harapan yang
baru. Seperti yang nenekku bilang harus percaya sama Allah SWT, smua akan indah
pada waktunya, dan aku hanya harus lebih bersabar menantinya.
untuk laki-laki yang akan jadi
imam Aila,,
kunanti cintamu dengan penuh
rindu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar