Kamis, 29 Mei 2014

SENJA TERAKHIR

Berat rasanya kaki ini ketika kembali melangkah di desa kelahiranku. Bukan tanpa alasan hati ini menolak untuk menyambut kerinduan setelah sekian lama tak menjumpai orang-orang tersayang yang kutinggalkan. Hanya saja sejumput kenangan slalu membuatku resah, menghela nafaspun begitu berat ketika tiap sudut dari tempat ini terisi bayangan tentang sosok yang ingin aku hapus dari ingatan. Sesosok laki-laki yang memberiku luka, luka terdalam …

Bayu.. mengapa kamu tega melukaiku ?? Pertanyaan yang tak pernah tersampaikan. Pertanyaan yang tak pernah menemui jawaban. Hanya penyesalan yang slalu menggerogoti pikiran dengan memberi imajinasi licik seandainya saja kita tak pernah bertemu.. seandainya saja kamu tetap jadi mimpi termanisku. Seandainya saja aku bisa menolak scenario Tuhan..

“Alia, di makan cometnya ?” perempuan itu menghamburkan lamunanku. Wajahnya yang keriput tidak mengurangi indah senyumnya, senyum yang slalu membuatku ingin pulang.. “iya mak, ini juga di makan!”, sahutku sambil mengambil cemilan dari singkong yang susah payah dibuatkan khusus buat aku. “Neng, Jodoh itu Rahasia Allah. Cukup percaya saja kalo Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk cucu nenek yang paling cantik dan baik!”. Begitu hebat hatinya bisa membaca smua kegelisahanku tanpa keluar sepatah katapun cerita dari bibirku. “ikhlaskan neng, biarkan bayu bahagia dengan pandampingnya. Dan saatnya neng juga harus bisa meraih kebahagiaan neng sendiri. Dimulai dari melupakannya!” sahutnya lagi sambil mengelus rambutku yang terurai panjang. Aku merasa Tuhan adil, meskipun aku tumbuh tanpa orang tua di sisiku karena perceraian, tapi aku memiliki kasih sayang yang sama besarnya.

Bayu.. sosok laki-laki yang selama ini mengisi diary ku semenjak sekolah. Laki-laki yang tak pernah kusangka mengutarakan niat baiknya untuk menjadikan aku pendampingnya. Laki-laki yang dengan mudah mengantongi restu kedua orangtuaku yang posesive dan pemilih tetang calon suami untukku. Laki-laki yang memberiku sejuta impian. Namun dia pulalah laki-laki yang mengajarkan aku tentang rasa pedih kehilangan.. Betapa karenanya aku benci ketika orang berbicara tentang cinta, aku tak percaya tentang kesucian komitmen pernikahan. Bagiku sekarang bayu tak lebih hanya sosok yang paling kubenci, dan semakin membencinya aku memang merasa semakin menderita. Terlebih ketika aku sadar dengan mudahnya dia melupakanku dan bersanding dengan bidadari pilihan orang tuanya.

Sore itu kakekku pulang, di bawanya banyak jagung dan sayuran dari ladang kecil kami. Satu-satunya yang membuat dia merasa bahagia adalah tanaman-tanaman yang dia rawat, hasil panen padi yang tidak seberapa, dan juga cucunya. “abah kangen, aila udah punya pacar ?” tanyanya dengan wajah polos “hush, ari si abah!” kata emak seraya mencubit tangannya yang peot namun masih terlihat kuat. “ abah Cuma pengen aila nikah abah masih sehat..” sahutnya lagi. Tak terasa air mata begitu cepat mengambil langkah mendahului hatiku yang mengharu karena ucapan tulusnya. “maafin aila abah, emak.. maaf!” hanya kata itu yang sanggup terucap dari bibirku .”kenapa minta maaf atuh ? yah abah doain aila dapat jodoh yang sholeh, sayang sama keluarga, jadi abah tenang!” makin sesenggukan aku jadinya mendengarkan setiap keinginannya kakekku.”ih si abah mah, tuh kan aila nya jadi nangis, sini neng!” nenek memelukku dengan hangatnya “ jangan sedih ya neng, emak sama abah slalu doain stiap sholat. Insya allah nanti akan ada waktunya neng menikah, abah sama ema juga pasti ikut hadir. Emak mau dandan yang cantik”. Aku mempererat pelukannya. Tak ada satu katapun yang sanggup aku utarakan untuk menyambut keinginan dan harapan manis mereka.

Senja pun tiba dan aku masih termenung di teras rumah. Ya Allah betapa telah kusia-siakan waktu hanya dengan meratapi luka ini. Betapa telah kuhamburkan harapan sederhana dari orang-orang yang menghendaki kebahagiaanku. JIka saat ini adalah waktu yang Kau pilih untuk mendidikku, tetapkan aku agar selalu belajar sabar dan ikhlas. Aku tidak mau lagi muram, aku tidak mau lagi membiarkan kakek dan nenekku meratapi sedih dengan kegalauanku. Aku harus bahagia dan mereka pun harus bahagia.


Dear Bayu… 
Hari ini aku memaafkanmu, aku rela melepaskan smua tentangmu. Aku berharap kamu bahagia. Terima kasih karena telah hadir di hidupku, terima kasih karena telah membuka mataku, membuatku tersadar aku memiliki harta kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun. Untuk stiap kata yang hanya kusampaikan lewat angin.. 
selamat tinggal luka.. selamat tinggal kenangan…

Senja ini akan menjadi senja terakhir kesedihanku. Dan esok pagi aku akan memulai hari dengan harapan yang baru. Seperti yang nenekku bilang harus percaya sama Allah SWT, smua akan indah pada waktunya, dan aku hanya harus lebih bersabar menantinya.
untuk laki-laki yang akan jadi imam Aila,, 
kunanti cintamu dengan penuh rindu..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar