Ini
memang bukan novel asma nadia, tapi dari kisah-kisah dalam novel itu aku baru
tersadar ternyata banyak sekali aku melihat hal-hal tersebut disekitarku. Aku
mungkin tidak bisa memahami apa yang di rasakan seorang istri dalam situasi
seperti itu. Meski aku seorang perempuan sekalipun.
Aku
mau share tentang cerita seseorang. Panggil saja dia Zahra. Perempuan yang
kerap kali mendapat perlakuan sangat tidak wajar dari suaminya. Tidak hanya
perlakuan kasar secara psikis namun diapun kerap kali disiksa secara fisik.
Astagfirullah.. ?? Apa yang ada di benak laki-laki itu ?? jikapun dia sangat
membenci istrinya, kenapa tidak menceraikannya ?? Sudah bertahun-tahun bertahan
mendampingi suaminya yang “jahat” yang bahkan aku pikir psiko karena sifatnya
yang slalu berubah-ubah ga jelas.
Mungkin
aku lebih cenderung berbalik dengannya. Hati aku yang lembut kaya “tahu” hehe . naudzubillah ga akan sanggup menanggung deritanya. Di bentak saja aku bisa nangis.
Makanya ayQu ga pernah berkata kasar atau sekalipun membentakku. Karena dia
tahu sifatku seperti apa. Terima Kasih Ya Allah karena telah memberikan
pasangan yang baik buatku.
Lain
halnya dengan Zahra, dia slalu terdiam mendengar hinaan yang di lontarkan
suaminya. Kata-kata tak pantas terucap, seolah dia bukan manusia atau makhluk tak
berperasaan. Beberapa orang menyarankan dia untuk meninggalkan suaminya dan sempat
diapun melarikan diri. Namun karena alasan putrinya dia kembali. Luka lebam
yang menghiasi wajah dan tubuhnya kerap terlihat setiap kali suaminya merasa
dia melakukan kesalahan. kesalahan apa ?? Konyol rasanya jika menyimak tidak
ada satu alasan pun yang masuk akal. Suaminya posesive seolah istrinya ratu
atau barang berharga yang tidak boleh di lihat orang lain, tapi mengapa dia
memperlakukan istrinya tidak sebaik alasan dia untuk bersikap kasar.
Apakah
dia berharap suaminya berubah ? atau bertahan karena merasa tak berdaya jika
harus membesarkan putrinya sendirian ? entahlah hanya zahra yang tahu
jawabannya. Ya Allah sedikitpun aku tak mampu
menyelami pikirannya. Setiap saat aku hanya bisa berdoa semoga dia
menemukan jalan terbaik untuk kehidupannya dan aku hanya bisa mensupportnya
untuk slalu sabar menerima takdirnya. Yah Sabar . . . hanya itu.
Dan
ini catatanku buat Zahra :
Dear
Istri perindu syurga
Jika
hatimu penuh duka
Jika
langit tak mampu menaungi laramu
Maka
berlarilah…
Dengan
tasbih kepada pemilik ketenangan sejati
Dear
Istri perindu syurga
Mungkin
jutaan hati tak memahamimu
Mungkin
hujan menyamarkan air matamu
Mungkin
senyuman menutupi pedihmu
Namun
hanya doa yg menguatkan jiwamu
Demi
si buah hati
Atau
demi cinta yang terikat janji
Kau
bertahan dalam derita
Namun senyapkan semuanya
dalam tahajud dan sujudmu
Namun senyapkan semuanya
dalam tahajud dan sujudmu
Zahra
Darimu
aku belajar
Memahami
menjadi seorang istri
Memahami
menjadi seorang ibu
Adalah
peran terindah
Yang
Allah pilihkan
Zahra
Sama
sepertimu, akupun merindukan syurga
Meskipun
mungkin dengan cerita yang berbeda
Dear
istri-istri sholeha
Di
tempat yang Fana mungkin tak kau raih bahagia
Namun
Semoga syurga Firdaus kelak
Kan
menjadi hunian terakhir kita
Amin
. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar