Rabu, 02 Juli 2014

Catatan Hati untuk Zahra

Ini memang bukan novel asma nadia, tapi dari kisah-kisah dalam novel itu aku baru tersadar ternyata banyak sekali aku melihat hal-hal tersebut disekitarku. Aku mungkin tidak bisa memahami apa yang di rasakan seorang istri dalam situasi seperti itu. Meski aku seorang perempuan sekalipun.

Aku mau share tentang cerita seseorang. Panggil saja dia Zahra. Perempuan yang kerap kali mendapat perlakuan sangat tidak wajar dari suaminya. Tidak hanya perlakuan kasar secara psikis namun diapun kerap kali disiksa secara fisik. Astagfirullah.. ?? Apa yang ada di benak laki-laki itu ?? jikapun dia sangat membenci istrinya, kenapa tidak menceraikannya ?? Sudah bertahun-tahun bertahan mendampingi suaminya yang “jahat” yang bahkan aku pikir psiko karena sifatnya yang slalu berubah-ubah ga jelas.  

Mungkin aku lebih cenderung berbalik dengannya. Hati aku yang lembut kaya “tahu” hehe . naudzubillah ga akan sanggup menanggung deritanya. Di bentak saja aku bisa nangis. Makanya ayQu ga pernah berkata kasar atau sekalipun membentakku. Karena dia tahu sifatku seperti apa. Terima Kasih Ya Allah karena telah memberikan pasangan yang baik buatku.

Lain halnya dengan Zahra, dia slalu terdiam mendengar hinaan yang di lontarkan suaminya. Kata-kata tak pantas terucap,  seolah dia bukan manusia atau makhluk tak berperasaan. Beberapa orang menyarankan dia untuk meninggalkan suaminya dan sempat diapun melarikan diri. Namun karena alasan putrinya dia kembali. Luka lebam yang menghiasi wajah dan tubuhnya kerap terlihat setiap kali suaminya merasa dia melakukan kesalahan. kesalahan apa ?? Konyol rasanya jika menyimak tidak ada satu alasan pun yang masuk akal. Suaminya posesive seolah istrinya ratu atau barang berharga yang tidak boleh di lihat orang lain, tapi mengapa dia memperlakukan istrinya tidak sebaik alasan dia untuk bersikap kasar.

Apakah dia berharap suaminya berubah ? atau bertahan karena merasa tak berdaya jika harus membesarkan putrinya sendirian ? entahlah hanya zahra yang tahu jawabannya. Ya Allah sedikitpun aku tak mampu  menyelami pikirannya. Setiap saat aku hanya bisa berdoa semoga dia menemukan jalan terbaik untuk kehidupannya dan aku hanya bisa mensupportnya untuk slalu sabar menerima takdirnya. Yah Sabar . . . hanya itu.  

Dan ini catatanku buat Zahra :

Dear Istri perindu syurga
Jika jalanmu penuh luka   
Jika hatimu penuh duka
Jika langit tak mampu menaungi laramu
Maka berlarilah…
Dengan tasbih kepada pemilik ketenangan sejati

Dear Istri perindu syurga
Mungkin jutaan hati tak memahamimu
Mungkin hujan menyamarkan air matamu
Mungkin senyuman menutupi pedihmu
Namun hanya doa yg menguatkan jiwamu

Demi si buah hati
Atau demi cinta yang terikat janji
Kau bertahan dalam derita
Namun senyapkan semuanya
dalam tahajud dan sujudmu

Zahra
Darimu aku belajar
Memahami menjadi seorang istri
Memahami menjadi seorang ibu
Adalah peran terindah
Yang Allah pilihkan

Zahra
Sama sepertimu, akupun merindukan syurga
Meskipun mungkin dengan cerita yang berbeda

Dear istri-istri sholeha
Di tempat yang Fana mungkin tak kau raih bahagia
Namun Semoga syurga Firdaus kelak
Kan menjadi hunian terakhir kita
Amin . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar